Kamis, 18 September 2014

SMK Muhammadiyah Haurgeulis Produksi Mobil Listrik

Dirintis sejak delapan bulan yang lalu, SMK Muhammadiyah Haurgeulis akhirnya mulai memproduksi mobil listrik. Mobil yang diberi nama Giwangkara itu bakal diluncurkan bersamaan dengan puncak Peringatan Hari Jadi ke-487 Kabupaten Indramayu, bulan depan.

Sebagai langkah persiapan, Kepala Dinas Pendidikan Kab. Indramayu, DR H Odang Kusmayadi MM meninjau langsung proses pembuatan mobil listrik Giwangkara di bengkel praktik Teknik Kendaraan Ringan (TKR) kampus setempat.

Odang memuji karya civitas acamedica SMK Muhammadiyah Haurgeulis sebagai satu-satunya sekolah kejuruan yang mampu menciptakan kendaraan roda empat hemat energi dan ramah lingkungan. Sebagai bentuk apresiasi, pihaknya mendorong agar produksi Giwangkara tersebut dapat terwujud sebelum puncak peringatan Hari Jadi Kab. Indramayu. Sehingga bisa launching pada kegiatan pameran pembangunan yang mulai digelar akhir bulan ini.

Kepala SMK Muhammadiyah Haurgeulis, Suparman SpdIng didampingi Humas Mashudi SPd dan teknisi kelistrikan Untung Saptori memaparkan, mobil listrik Giwangkara sengaja dibuat sebagai kado dari dunia pendidikan pada Hari Jadi Indramayu.

Total biaya yang dikeluarkan dari awal penelitian hingga selesai produksi diperkirakan mencapai Rp 120 juta. Untuk komponen listrik tertentu harus impor dari Amerika, khususnya untuk baterai atau accu.

Dirakit sejak akhir Juni lalu, saat ini proses produksinya memasuki tahap finishing pembuatan body kendaraan dengan kapasitas 7 penumpang. Untuk kemudian memasuki tahap pengecatan dan perakitan engineering atau kelistrikan.

Keunggulan dari karya SMK Muhammadiyah Haurgeulis ini adalah pada solar cell dan menggunakan dua sistem charge, yakni sistem listrik dan tenaga surya. Selain itu, solar cell yang terpasang dibagian atap kendaraan juga cukup besar, sehingga bisa men-charge baterai sambil berjalan.

Cara kerjanya, panas dari matahari diserap dan tersimpan oleh kondensator yang disalurkan ke aki. Sehingga jika dalam kondisi mendung atau hujan, tetap mampu jalan karena masih ada cadangan tenaga di dalam aki.

"Sumber energinya bisa dari listrik dan menggunakan tenaga matahari. Kekuatan waktu tempuhnya bisa mencapai 4-5 jam perjalanan atau untuk Haurgeulis-Cirebon pulang pergi masih cukup kalau memiliki cadangan tenaga penuh. Kecepatan maksimun 70 sampai 80 km per jam," jelas Suparman.

Ide pembuatan mobil Hybrid Solar Cell Giwangkara itu, lanjut Suparman bermula ketika civitas acamedica melakukan studi banding ke SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, Kabupaten Malang. Setelah dari sana, sejumlah guru kemudian dikirim untuk mengikuti berbagai pelatihan pembuatan mobil listrik baik di Jakarta maupun Bandung. Termasuk diklat yang diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Sumber: Koran radar 18 September 2014

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan Luoa tinggalkan Jejaknya